BANDUNG – Antraks menjadi salah satu bakteri yang ditakuti diidap oleh hewan kurban, termasuk di Jawa Barat. Apalagi beberapa wilayah memang menjadi daerah endemik Antraks.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat Koesmayadi Tatang Antraks sudah tidak lagi ditemukan sejak tahun 2008 lalu.
“Meski tidak ada kasus temuan baru, kewaspadan tetap dilaksanakan, terlbeih didaerah endemik,” tuturnya.
saat acara JAPRI di Gedung Sate Bandung, Kamis (01/08/19).
Daerah endemik antara lain Purwakarta dan Bogor. Kasus terakhir tahun 2008 adalah temuan antraks pada burung unta di Purwakarta, bukan pada jenis kambing atau domba. Untuk itu, menurutnya didaerah endemik selalu dilakukan vaksinasi pencegahan antraks bagi hewan ternak.
“Saya kira sudah aman. Temuan biasanya hanya cacing hati,” tegasnya.
Sementara itu Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Jawa Barat Pranyata menambahkan tim dokter yang disiapkan untuk membantu selama momen kurban terdapat sebanyak 370 orang dokter hewan. Tugasnya tersebar diseluruh Jawa Barat untuk memeriksa kondisi hewan kurban saat antemortem dan post mortem (sebelum dan sesudah disembelih).
Ia mengatakan tidak lagi ada temuan antraks namun penyakit lain yang wajib diwaspadai adalah cacing hati.
“Jika ditemukan lebih baik bagian jeroan dibuang saja, dan dilaporkan ke kami,” ucapnya.
Ia memberikan tips, jika usai berkurban, lebih baik bagian daging dan jeroan dipisahkan, terutama pada bagian usus, yang menjadi tempat bersembunyinya banyak bakteri. {*}
Sumber : Jabarprov